Tokoh Dayak Kembayan Lestarikan Dayak Lewat Karangan Buku

Editor: Redaksi Suara Sanggau
HF. Guntur Tokoh Dayak Kembayan
SEBONGKUH (Suara Sanggau) - Keinginan yang kuat untuk melestarikan dan mewarisi cerita sejarah serta menjunjung tinggi nilai luhur adat dan budaya adat dayak membuat sesepuh dan Tokoh adat Dayak Sub Suku Bi Nenguh Kembayan HF. Guntur berupaya membuat tulisan sejarah suku dayak Bi Somu dan Bi Nenguh.

"Sebagai bentuk kecintaan saya terhadap adat dan budaya Dayak, maka saya berupaya untuk membuat tulisan ini, agar kita tetap melestarikan budaya dan menjunjung nilai tradisional", papar Guntur kepada SuaraSanggau.co.id saat ditemui dirumahnya.

Bagi Guntur usai mengemban amanah sebagai Ketua DAD Kecamatan Kembayan selama kurang lebih sebelas tahun terhitung sejak tahun 2005 hingga 2016, ia berupaya membuat tulisan tentang JUAKA Asal Mula Adat Istiadat, Rukun Adat dan Hukum Adat, TAMPUT JUAH, MABIT Yang Pernah Bertemu Dengan Babei Tompo', TEMENGGUNG GERGAJI, LIMAMAK BUNGSU, serta beberapa lagi tulisan lain yang masih enggan ia sebut karena tulisan ini belum rampung karena masih dalam proses penyelesaian.

Guntur menyayangkan bila budaya adat dan cerita sejarah dayak tidak diabadikan dalam bentuk tulisan, maka cepat atau lambat pada akhirnya akan hilang, sehingga anak cucu tidak tahu latar belakang, asal usul dan sejarah dayak. Hal tersebut ia katakan karena saat ini banyak generasi dayak yang tidak tahu cerita sejarah, asal-usul dan istilah dari suku dayak khususnya dayak Sub Suku Bi Somu dan Bi Nenguh.

"Misalnya pada zaman dahulu kala saat hutan belantara dan rimba raya serta hutan yang masih asli alami banyak flora dan aneka fauna, orang Dayak mudah mendapatkan hewan buruan dan ikan menggunakan, Iju, Songkap, Tape', Siruo', Pico, Kebeb, sudah tentu istilah ini asing bahkan tidak dimengerti bagi generasi sekarang apabila generasi tua tidak mewariskannya dengan baik kepada generasi berikutnya",paparnya.

Hal tadi baru istilah saja, belum lagi nama aneka pohon dan hewan serta ikan, pasti banyak generasi yang sudah tidak tahu, apalagi flora dan fauna tersebut sudah punah.

"Selain istilah, tokoh sejarah lama, situs budaya yang kini mungkin sudah kurang lestari, cerita sejarah misalnya Limamak Bungsu, Babei Juaka, Tiok Ma Pangkas dan masih banyak lagi. Saya tahu cerita tersebut, namun untuk lima sampai sepuluh tahun kedepan apabila tidak ditulis maka cerita tersebut akan hilang dan tidak dikenang" katanya.

Oleh karena itu Guntur berharap, sesepuh atau siapapun tokoh Dayak yang tau cerita atau sejarah lama suku dayak mau bekerjasama dalam mewujudkan keingiannya ini, serta kepada pemerintah Daerah supaya mendukung dalam upaya melestarikan cerita sejarah dan merawat serta melestarikan bangunan-bangunan tua yang bersejarah. Sehingga sejarah akan tetap bisa dikenang dan dipelajari bagi generasi-generasi mendatang", pintanya.

Penulis : Nikodemus Niko
Editor   : Suhardi
Share:
Komentar

Berita Terkini